Yang penting untuk selalu kita perhatikan dalam merumuskan sebuah program atau menjalankan sebuah kegiatan – adalah Visi Strategis yang membingkai semua rumusan itu
Visi Strategsi itu adalah sebuah performance, sebuah fitur masa depan – yang untuk mewujudkannya dibutuhkan langkah-langkah ‘kecil’ yang panjang dan rekayasa-rekayasa tehnis yang berkelanjutan – secara dini sejak dari sekarang - sehingga ia sungguh sangat menghajatkan konsistensi & persistensi (kegigihan) pada aspek pelaksanaan tehnisnya, karena ia akan selalu berbentuk multi years activity / programme dan seringkali membutuhkan pula multi years budgeting (kebijakan).
Maka, ketiadaan atau ketidakjelasan Visi Strategis, seringkali membuat kita tidak memiliki guidence atau kehilangan arah – terutama dalam menyusun content / muatan-muatan yang akan menjadi ruh – dari sekian banyak program dan kegiatan yang akan kita gulirkan. Hal inilah, yang kadang membuat program atau kegiatan kita ‘terasa’ mekanistis / rutinitas belaka, dan tidak jelas akan meng-konstruksi apa.
Oleh karena itu, pekerjaan mengingatkan & menyegarkan kembali tentang Visi Strategis itu kepada semua level unit pengambil kebijakan (decision maker) – saya rasa – menjadi sangat penting, yang bahkan di beberapa organisasi modern di-visualkan dalam bentuk gambar-gambar maupun tulisan yang dipajang di ruang-ruang kerja dan ruang-ruang diskusi mereka.......karena sungguh ia akan menjadi ruh, arah dan memberikan misi pada rutinitas kerja mereka..!!
Apa yang menjadi Visi Strategis itu bagi Organisasi Da’wah (Politik) di era mihwhar mu’asasi ini – sebagai persiapan sistemik menuju mihwar selanjutnya ?.....maka secara sederhana bisa dibayangkan (imagine) bahwa Organisasi Da’wah (Politik) ini haruslah menyiapkan (melahirkan) sistem & instrumen yang memungkinkannya – suatu saat nanti – mampu mengetahui & memahami apa yang menjadi persoalan masyarakat di wilayah teritorialnya (bukan sekedar dunia internalnya), menyiapkan dirinya menjadi organisasi yang sanggup “take over (mengelola) pemerintahan”, mampu menggagas & memberikan solusi-solusi alternatif atas semua persoalan kehidupan di wilayah teritorialnya – sehingga ia menjadi Partai Politik dalam arti (kapasitas) yang sebenarnya
Maka dengan Visi itulah – harus mulai di-SETUP ulang - sejak dari sekarang, seluruh elemen Organisasi Da’wah (Politik) ini, baik : Struktur, Kader, Unit Pembinaan, Aleg, Wajihah dan seluruh Sumber Daya yang kita miliki – agar mengarah & meng-konstruksi Visi Strategis itu.
Tentu saja banyak hal yang harus disesuaikan, dikonsolidasikan atau bahkan mungkin diformulasikan ulang – sebagai konsekwensi logis dari perluasan mihwar da’wah ini, yang tentu saja bertahap tetapi harus dibuatkan langkah strategisnya dari sekarang.
Dalam konteks syura, kegagalan kita dalam memahami & memilah mana gagasan strategis dan mana gagasan tehnis/taktis - seringkali bisa menjadi penyebab perdebatan yang tidak perlu. Yaitu, ketika sebuah ‘gagasan strategis’ dibaca oleh orang-orang yang cenderung berpikir tehnis/taktis – sebagai kehilangan fokus kerja atau pembicaraan yang tidak membumi (tidak go down to earth) atau - ‘gagasan strategis’ itu dipandang sebagai beban berat karena dipersepsi sebagai sebuah kondisi ‘end state’ yang harus diwujudkan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, yang sungguh amat berat untuk dikerjakan apalagi dengan melihat kondisi sumberdaya yang dimiliki saat ini.
Perdebatan yang tidak perlu itu sebenarnya, sungguh sederhana cara mengatasinya, yaitu cukup dengan sedikit memahami dan meletakkan konteks tema itu dalam ruang yang tepat dalam konstruksi berpikir kita.
Sebuah gagasan atau visi strategis sebanarnya cukup diletakkan sebagai vision, orientation - yang akan membingkai seluruh arah dari gagasan-gagasan tehnis/taktis operasional, sehingga ia mewujud menjadi Integrated Programme. Inilah yang dimaksudkan oleh ungkapan : “gagasan / visi strategis itu akan melahirkan proses kreatif pada hal-hal tehnis-nya”.
Seorang smart leader pada ’organisasi pembelajar’ haruslah bekerja sangat keras – lebih kuat pada aspek memperjelas Visi Strategis Organisasi – untuk kemudian ‘menyaksikan’ proses kreatif pada hal-hal tehnis yang digagas oleh para tentaranya, dan tentu saja diiringi dengan supervisi untuk memastikan bahwa semua program & kegiatan benar-benar mengarah secara berkelanjutan (mengkonstruksi) - pada visi yang ditetapkan.
Dalam sebuah tulisan tentang ‘mentalitas para pemimpi (dreamers)’ diungkapkan bahwa para pecundang (loser) kadang takut untuk membuat visi atau sekedar diingatkan tentang visi organisasinya – hanya karena ia tidak mau terbebani secara mental dengan cita-cita / mimpinya…it’s about mentality..!!.
Ini sekedar perenungan...untuk penataan bangunan Organisasi Da’wah (Politik)yang kita cintai ini
Rabu, 09 Desember 2009
Antara Gagasan Strategis & Gagasan Tehnis / Taktis – Perdebatan yang tidak perlu.
Senin, 19 Oktober 2009
Renungan ..tentang FACEBOOK
Seorang sahabat yg sangat kuhormati, mengirimiku sebuah tulisan yang saya rasa perlu untuk kita renungkan... lebih kurangnya, begini…:
Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari. Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa. Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi yang ditunggu-tunggu : "siapa calon bapak si jabang bayi ?"
Ada khabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang selebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.
Wuiih......mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.
Wuiiih...... ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya apapun diketahui orang, dikomentarin orang bahkan mohon maaf.. dilecehkan orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah : KESENANGAN..!.
Fenomena itu bernama FACEBOOK..!
Setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentari orang lain. Lupa atau malah sengaja, hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga justru menjadi kebanggaan di tampilkan di statusnya.
Lihat saja beberapa status facebook :
Seorang wanita menuliskan : Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya.....? -- kemudian puluhan komentar bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? dijamin puas deh.."
Seorang wanita lainnya menuliskan : Bangun tidur, badan sakit semua, biasa....habis malam jumat ya begini.. -- kemudian komentar-komentar nakal pun bermunculan. ..
Ada yang menulis : bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi... -- kemudian pelecehan-pelecehan pun bertebaran.
Ada pula yang komentar di wall temannya : eeeh ini si anu ya ...., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu.... --- lupa kalau si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.
Seorang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya : habis minum jamu nih...., ada yang mau menerima tantangan ? --- langsung berpuluh-puluh komentar bodoh datang.
Ada yang hanya menuliskan : lagi bokek, kagak punya duit...
atau ada juga yang sekedar yang nulis : mau tidur nih, panas banget...bakal tidur pake dalaman lagi nih.
Dan ribuan status-status yang numpang beken dan sekedar pengin mendapat sambutan-sambutan konyol facebooker lainnya.
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.
Ada yang lebih kejam dari sekedar fitur 'status' pada facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri sendiri pada hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu ditampilkan.
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek... ..padahal sebagian besar yg didalam foto tersebut sudah pada berjilbab..
Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat jahiliyah dulu.. saat bersama teman-teman prianya bergandengan dengan ceria....
Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.
Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah...., yaitu Muhammad SAW, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya.
Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah ra, : Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?, maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab : Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini.
Rasul dengan senyum teduhnya berkata : baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini.
Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah saw.. ..
Ingatlah Abdurahman bin Auf r.a mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar.
Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan KEMULIAAN hidupnya.
Bahwa KEHORMATAN menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, : Malu itu sebahagian dari iman. (Bukhari dan Muslim).
Dan fenomena di atas inilah yang patut kita renungkan, hegemoni kesenangan semu yang dibungkus dengan fatamorgana keakraban, yang ditampilkan dengan celoteh vulgar & konyol dalam status pada facebook, yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga kehormatan diri dan keluarga.
Padahal, Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita : Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau. (Bukhari).
Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.
Tidakkah kita suka untuk menjaga, para wanita yang menemukan jati dirinya, yang telah dibukakan cahayanya oleh Allah, yang melakukan inqilabiyah, tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah... betapa akan teriris hatinya melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku... sebagai teman, sebagai sahabat..?
Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita. Simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan kesenangan, gurauan konyol membuat Iffah kita luntur...dan lenyap tak berbekas.
(Demikianlah tulisan itu dengan sedikit edit seperlunya )
OPINIKU :
Pedang itu sungguh sangat tajam, berhati-hatilah menggunakan pedangmu, juga waspadalah pada pedang-pedang teman-temanmu..tentu saja juga pedang musuhmu..!!
Aku melihat, banyak nian orang-orang pandir yang juga berpedang, anda bisa melihat dari goresan-goresan yang dibuatnya..
Hmm...pedang itu adalah FACEBOOK..!!!
Senin, 12 Oktober 2009
PERBEDAAN dan SENYUMAN
Suatu ketika saya melihat semangat indah dari seseorang kepala sekolah yang berusaha mencanangkan paradigma baru dalam memandang anak-anak didiknya, dan sekaligus promosi untuk sekolahnya...spanduk besar ia pasang di lantai dua gedung sekolahnya, dengan gambar murid-murid SD nya yang demikian ceria, ia membuat sebuah tulisan besar : " TIDAK ADA ANAK YANG BODOH "
Hmm...akupun tersenyum-senyum penuh keharuan membacanya..dan mencoba berempati dengan semua niat baiknya..dan sungguh ku berharap smoga tidak ada seorangpun yang menegur atau mengoreksinya kecuali sekedar membuatnya melihat bahwa ada pula yang suka dengan kalimat : " SEMUA ANAK ITU PANDAI "...karena memang sang kepala sekolah pun tak salah dalam hakekatnya, bukan ?
Sahabatku..., aku merenung lebih jauh, betapa hal seperti ini sungguh banyak kita temui di banyak tema-tema kehidupan kita...
Sebuah hakekat yang benar, klausula logika tak terbantah hanya saja ada perspektif berbeda dalam memahaminya.. ku kembali tersenyum-senyum penuh keharuan dan berlomba dengan setan durjana untuk segera membalutnya dengan cinta, sayang dan kebanggaan atas semangat, keikhlasan, upaya dan pengorbanan serta jihad & tekadnya...ahh, sungguh menggembirakan dunia, menyajikan banyak senyuman dari perbedaan insan menggapai ridhaNYA..
Ku merenungi kembali kegembiraan dan senyum Rasulullah saw mendengar perbedaan para sahabat pada peristiwa penyerangan bani khuraizah..
Mereka berbeda pendapat atas persoalan yang tampak begitu prinsip, yaitu shalat asar..!!, seolah hanya ada satu kebenaran saja dan yang lain adalah salah dan sesat.. dari perintah : "jangan kalian shalat asar kecuali di perkampungan bani khuraizah".
Mereka berada di persimpangan ijtihad atas nash yang syar'i dan qath'i, langsung dari lisan Rasulullah saw tentang waktu ibadah....karena waktu asar hampir usai sementara mereka belum sampai di perkampungan bani khuraizah.
Maka merekapun tak membelah pasukan dan tak pula memutus ikatan hati, tetap bersatu menjalankan misi dan strategi..sebagian shalat asar karena memahami perintah itu bermakna sekedar untuk bersegera dan menggesa langkah, sebagian yang lain memahami perintah Rasulullah saw sebagai kemutlakan titah sang pembawa berita dari Pencipta alam semesta yang tak boleh sedikitpun dibantah..
Soliditas mereka akhirnya membawa kemenangan ISLAM, dan ketika mereka kembali ke Madinah dan bertemu kembali dengan Rasulullah saw, mereka pun ingin menguji siapa yang lebih benar atas 'masalah besar' ttg shalat asar... dan wahai sahabatku, kau pun telah membaca kisahnya, bukan ? ....Rasulullah saw tersenyum-senyum terharu, persis banget seperti aku tuh..dan membenarkan ijtihad mereka semua..
Tidakkah engkau pun bisa merasakan kenikmatan karunia senyuman itu, yang diberikan Allah swt kepada kami.. ya iya lah, aku dan Rasulullah saw..!!
Duhai perbedaan, tak henti-hentinya kau membuatku tersenyum.. betapa indahnya hidup ini kita rasakan jika kita bisa menikmati keragaman...
Kamis, 01 Oktober 2009
PENYESALAN
Sahabatku, maukah kau kukabarkan tentang penyesalan..
Ku percaya bahwa penyesalan akan tiba jika kita tidak melakukan apa yang harusnya kita kerjakan, bukan lagi prahara yang membuat jiwa gundah tapi karya yang tak mendapat masa..
Adakah yang lebih celaka daripada mahluk mulia yang lengah, lemah trus menjadi hina atau bahkan sekedar tak bermakna ?
Sahabatku..
Baru ku menegerti hikmah rahasia NYA, mengapa dunia dicipta fana..
Benar sahabatku, untuk menggesa amal dan karya-karya terbaik manusia..
Karna keabadian sungguh akan membekukan dunia..
Sahabatku..
Indah nian kehidupan
Dimana fakta-fakta & peristiwa terus memberi kita berderet-deret celah ketidaksempurnaan
Peluang-peluang indah dalam putaran masa seolah bejana bagi amal dan karya-karya terbaik kita..
Bukankah, kekejaman Namrud telah menjadi keberkahan bagi usia Ibrahim as sebagimana kebuasan Fir’aun adalah kanvas & pigura yang paling tepat bagi mozaik indah keteguhan Musa as
Indah nian kehidupan bagi siapa yang membuka mata ...sungguh tak perlu ada keluh kesah
Sahabatku..
Ku ingin kau bawakan bara..
Kan ku bakar lelah dan didihkan asa
Agar tak lagi ada tenaga tersisa
Setidaknya upaya sempurna pada karya yang bersahaja..
Kamis, 05 Maret 2009
MISI
Saya teringat dengan satu kalimat salah seorang tentara kopasus yang melatih kami pada masa pendidikan yang semi militer :
“haram hukumnya untuk tampak takut bagi seorang tentara, apalagi pada posisi komandan, oleh karena itu jika ada seorang tentara apalagi seorang kopasus, menampakkan ketakutannya di tengah pasukan, biasanya ia akan dibunuh sebelum ketakutannya itu menular pada seluruh pasukan”.
Merenungkannya, saya pun buka lembaran sejarah orang-orang mulia dan menemukan sebuah fakta, bahwa ada sebuah DISIPLIN KERAS yang dibutuhkan oleh misi & tugas tertentu dalam kehidupan ini.
Wahai sahabatku..
Bukankah Alqur’an juga telah menceritakan hal yang serupa, sehingga tugas untuk menjadi seorang istri nabi adalah sebuah tugas & misi yang sungguh menuntut sebuah disiplin keras pada tingkat yang berbeda dibandingkan dengan wanita-wanita lain pada umumnya (QS. 33:32)– dimana untuk setiap kesalahan, mereka akan akan mendapat sanksi berlipatganda (QS.33: 30).
Wahai sahabatku..
Sebuah misi akan selalu memberikan alasan-alasan yang kuat untuk semua kedisiplinan yang akan kita ciptakan, dan sungguh ia membuatnya bukan saja tak membebani bahkan kita jadi sungguh menikmati.
Misi itu memberikan gairah, orientasi dan tentu saja makna bagi eksistensi. Misi itu memberi kekuatan kepada upaya, meneguhkan kemauan, mengilhamkan kreatifitas pada tantangan, memberikan semangat kebangkitan pada setiap hempasan kegagalan juga memberikan kehangatan & kepuasan pada setiap keletihan..tanpa misi, sungguh kedisiplinan kehilangan urgensi..!!
Wahai sahabatku..
Saya pun mulai memahami, bahwa misi itulah yang sebenarnya memberikan kehormatan pada sebuah posisi, seperti jiwa memberi ruh kehidupan kepada jasadnya. Sehingga betapapun tinggi posisi seseorang, jika ia telah kehilangan misinya maka hilang pula seluruh kehormatannya.
Saya jadi mengerti, mengapa orang-orang yang memiliki misi-misi besar & mulia di relung-relung dadanya - selalu memiliki aura kewibawaan & keterhormatan di wajahnya..
Wahai sahabatku..
Saya pun mulai merenungkan tentang kehidupan para pejuang penuh misi mulia, betapa keseimbangan hidup mereka bukan lagi keseimbangan tentang waktu-waktu yang dimilikinya.
Sungguh, engkau akan melihat bahwa ia tidak pernah menakar waktu kerja dengan waktu istirahatnya, ia tidak lagi membagi waktu keluarga dengan waktu perjuangannya – sebagai definisi hidup yang seimbang - karena ia hanya punya satu waktu saja, yaitu waktu perjuangan !!.
Bahwa hidup yang seimbang adalah sebuah definisi bagi kesepadanan antara amanah dan tanggungjawab yang diembannya, kelayakan antara posisi & prestasi yang harus diukirnya, dan sungguh ini adalah tentang keseimbangan antara misi dan potensi yang mesti dioptimalkannya.
Wahai sahabatku..
Maka wasiat-wasiat indah diantara mereka adalah : "jangan pernah kelihatan letih walalupun engkau sedang kelelahan, tunjukkan keberanian walaupun engkau lagi ketakutan, antusias dan bersemangatlah walalupun engkau sedang jenuh, lesu dan bosan - karena umat melihat dan telah mengenalmu sebagai pejuang ".
Duhai, inilah sebenarnya tugas terberat sebuah misi kepemimpinan yaitu : menginspirasi..!. Inilah barangkali mengapa para istri nabi sampai diwanti-wanti.
Wahai sahabatku..
Semua tugas atau misi itu, tentu saja tidak harus kita tunggu untuk diberikan oleh jaman atau di-dikte-kan oleh orang lain kepada kita, bukankah kita bisa demikian bebas untuk menciptakannya dalam ruang imajinasi kita sendiri.
Ketika detail-detail gambarannya sudah demikian jelas anda boleh mulai menyebutnya sebagai VISI - karena ia produk imajinasi para ahli motivasi mengistilahkannya sebagai DREAMS, tapi saya rasa kata OBSESI lebih bertenaga untuk mewakili seluruh makna dan ruh semangatnya.
Keyakinan yang akhirnya selalu menjadi kunci pembukanya, bahwa Allah swt punya satu rencana besar dengan menghadirkan kita ke dunia ini, karenanya anda sungguh berarti bagi dunia ini..
Maka, mari luaskanlah skala perhatian kita, segeralah ambil posisi melibatkan diri pada persoalan-persoalan besar kehidupan… karena MISI itu selalu Allah swt lekatkan pada POTENSI yang anda miliki..!!
KESEIMBANGAN
Keseimbangan adalah kosa kata yang telah membawa saya pada sebuah perenungan atas hal-hal yang tampaknya timpang. Betapa bodoh saya selama ini, yang menyangka bahwa keseimbangan itu hanya menyangkut satu dimensi saja yaitu keserasian, layaknya timbangan, seperti : kiri & kanan, laki-laki & perempuan, berat & ringan, dingin & panas atau hal-hal berlawanan lainnya - sehingga ketika kita tidak mendapati keduanya dalam sebuah situasi maka kita menyebutnya sebagai sebuah ketimpangan atau ketidakadilan.
Wahai sahabatku..
Ada dimensi ruang dan waktu dalam fenomena keseimbangan, bahwa kita butuh ruang lebih luas dan waktu lebih panjang untuk melihat sebuah keseimbangan.
Bukankah kita perlu bersabar selama 24 jam, sebelum menyadari keseimbangan antara siang & malam. Bukankah kita perlu melihat seluruh ruang yang dimiliki oleh bumi terlebih dahulu, sebelum mengutuk ketimpangan kehidupan kutub yang demikian beku atau mengeluhkan ketidakadilan panas yang ada di katulistiwa.
Demikianlah, sesungguhnya Allah swt, sang pemilih ruang & waktu telah menyatakan bahwa kehidupan yang IA ciptakan adalah benar-benar seimbang jika kita sungguh-sungguh jeli memperhatikan. (QS. Al Mulk : 3-4)
Wahai sahabatku..
Tidakkah anda setuju, bahwa semua ketimpangan & ketidakadilan di dunia ini sebenarnya adalah sebuah keseimbangan dan keserasian..!!
Kemiskinan, kebodohan & kelaparan sungguh adalah sebuah ketimpangan, jika anda membingkainya bersama dengan kemajuan & kemakmuran peradaban di sebelahnya - tapi sungguh ia adalah keserasian yang sempurna, jika anda memasangnya bersama dengan kemalasan, kepengecutan & kepasrahan kita sendiri sebelumnya, ...bukankah ini pigura yang lebih tepat untuk bingkai persoalannya ?
Oleh karena itu, kita tidak perlu sinis dan dengki terhadap kemajuan, kekuatan atau kecewa terhadap ketidakpedulian dan agresi peradaban mereka . Tak ada guna pula, kita berteriak-teriak mengingatkan tentang ketimpangan & ketidak adilan pada mereka, karena semua ini sesungguhnya adalah tentang karya kita..
Bukankah penjajahan sebenarnya adalah juga sebuah keseimbangan kehidupan - yang tercipta antara kelemahan orang-orang yang baik dan kejahatan orang-orang yang kuat. Bukankah eksploitasi adalah juga sebuah keseimbangan - yang terjadi diantara kelicikan orang-orang yang cerdas dan keluguan orang-orang yang bodoh. Sungguh tidak ada ketimpangan di sana, saya melihat dengan jelas keseimbangannya..!!
Wahai sahabatku..
Sungguh, kita semua berdiri diatas keseimbangan yang telah ditakdirkan oleh Allah swt atas kehidupan ini. Allah telah memberi elang mata yang tajam, seimbang dengan kelincahan mangsa yang menjadi buruannya, sebagaimana IA memberikan beruang kutub bulu yang tebal, seimbang dengan dinginnya suhu daratan yang menjadi habitatnya.
Duhai, betapa tantangan telah diseimbangkan dengan potensi untuk menaklukkannya..!!
Akhirnya, saya merenungkan betapa indah Allah swt menjelaskan hakekat ini, dalam dua ayat sebelumnya (QS. Al Mulk : 1-2) bahwa kehidupan ini sesungguhnya adalah sebuah kompetisi - yang tentu saja selalu fair & seimbang.
Wahai sahabatku..
Sekarang, lihatlah keseimbangan yang telah demikian sempurna tercipta di sekeliling anda, maka sungguh marilah kita bersumpah untuk MERUSAKNYA..!!!
ENTITAS PEMBELAJAR
Kehidupan adalah satu wujud yang tetap dan tak berubah, walaupun begitu banyak ragam pandangan yang berbeda terhadapnya..
Dan rasanya kitapun tidak perlu untuk meneliti dan memperbandingkan pandangan mana yang lebih tepat atau lebih benar, karena ini bukan persoalan logika eksakta…
Kehidupan adalah sebuah wujud yang tidak harus kita pandang dalam SATU kacamata saja – apalagi meyakini bahwa itulah satu-satunya pandangan yang paling tepat, misalnya : "pandangan bahwa hidup ini adalah tempat singgah sementara ".
Karena setiap perspektif akan berguna untuk membangun kesadaran baru untuk tindakan-tindakan baru..sebuah perubahan, kemajuan, dinamika, keluasan khazanah peradaban..
“ Sesungguhnya kehidupan adalah bagaikan tempat singgah sementara bagi seorang musafir, yang tujuan akhirnya adalah sorga “ – adalah sebuah perspektif agama yang berfungsi untuk membangun sebuah kesadaran kontapelatif untuk BERTINDAK ETIS , yang dengannya ada kepuasan jiwa rohani yang sangat privat.
Tetapi, tentu saja kita memiliki obsesi untuk mengisi bukan hanya ruang privat tetapi juga ruang public – maka kita harus membaca & menafsirkan kehidupan dunia ini dalam PERSPEKTIF yang LAIN – agar juga tumbuh kesadaran-kesadaran baru pada ASPEK LAIN dari potensi besar diri kita – sehingga lahir kreatifitas-kreatifitas tindakan baru untuk menciptakan kemajuan peradaban pada ruang yang lain : RUANG PUBLIK.
“ Sesungguhnya kehidupan adalah peta impian yang menawarkan banyak ‘destiny’ “– adalah sebuah perspektif yang hendak membangun kesadaran baru yang lain, yaitu tentang VISI, tentang betapa takdir kita (destiny) benar-benar ditentukan & diarahkan oleh mimpi-mimpi (dreams) kita sendiri..
Bahwa semua orang sebenarnya telah memiliki mimpi di alam bawah sadarnya, dimana mimpi yang tak disadarinya ini telah men-drive semua langkah & sikap hidupnya selama ini dan menghadiahkan ‘kondisi saat ini’ sebagai buahnya.. Jika, anda tidak puas dengan kondisi anda saat ini maka coba periksa baik-baik mimpi-mimpi bawah sadar anda, jangan-jangan dreams anda disana memang terlampau sederhana & bersahaja..
“ Sesungguhnya kehidupan adalah ibarat hutan belantara yang hanya berlaku satu hukum saja untuk survive, yaitu : KEKUATAN & KECEPATAN “ - adalah sebuah perspektif lain yang hendak membangun sebuah kesadaran baru yang lain pula, pada diri kita bahwa kehidupan ini adalah juga medan peperangan & pertarungan – bahwa ada persaingan disana, ada pertarungan ideologis di dalamnya… yang sungguh ini bermakna pertempuran yang sangat luas medannya, meliputi : pertempuran politik, ekonomi, social, budaya, tehnologi, informasi, dsb – yang dijalankan dengan semakin sestematis oleh semua tentaranya, yang tentu saja tidak semuanya berseragam ala militer..
Jadi, janganlah menyikapi tashawwurat (perspektif) tema tertentu sebagai sebuah logika eksakta yang hanya memiliki satu buah kebenaran sehingga perspektif yang lain menjadi salah, sesat atau dihukumi menyimpang..
Tapi, perspektif itu ibarat pemantik file atau semacam ‘shortcut’ – untuk menghadirkan kesadaran & pemahaman baru dari keragaman potensi dahsyat yang kita miliki – untuk lahirnya tindakan-tindakan kreatif baru bagi kehidupan..
Para pembelajar selalu memiliki sikap mental terbuka pada perspektif yang berbeda..dan inilah yang saya rasa dimaksud dengan tradisi ilmiah..!!
Para cerdik cendikia telah mengungkapkan bahwa entitas yang akan menciptakan kemajuan adalah entitas pembelajar yang memiliki tradisi ilmiah, bukannya emosi terhadap perbedaan bahkan mereka berusaha mempelajari perspektif, sistematika logika dengan seluruh asumsi-asumsi dan output yg ingin direkayasa oleh teori berpikirnya..
Sungguh saya berharap, entitas pembelajar penuh berkah ini adalah sebuah entitas yang saya juga ada di dalamnya..
ITU KRIMINALITAS..!!
Membunuh seseorang adalah sebuah tindakan kriminal paling berbahaya, kejahatan tiada tara karena ia melenyapkan kehidupan. Tidak ada satu negara atau peradaban pun yang memaafkan pembunuhan yang disengaja apalagi dengan perencanaan (kecuali untuk membela diri ).
Biasanya kasus pembunuhan diakibatkan oleh dua hal saja, yaitu kalau bukan bermotifkan dendam atau kebencian, maka seringkali ia dilakukan hanya karena ia adalah sebuah jalan pintas yang paling sederhana untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan..
Saya tidak ingin menuliskan tentang pembunuhan nyawa, tapi saya sedang tertarik untuk menulis sebuah bencana tentang pembunuhan jiwa..
Dalam sebuah hadits yang demikian terkenal dan sungguh tak terbantah, Rasulullah saw menjelaskan bahwa inti dari jiwa manusia adalah hatinya (qalbu), sehingga jika ia baik maka akan baiklah seluruhnya tapi jika ia rusak maka rusak pula seluruh jiwanya..
Benar sahabatku, ini adalah cerita tentang pembunuhan jiwa manusia, kisah tentang pembunuhan qalbu atau hati secara sistematis tapi… tanpa sengaja !
Saya melihat tragedinya..
Ketika jiwa-jiwa yang akhirnya terbunuh itu pada awalnya adalah manusia-manusia yang demikian mendamba untuk menikmati hidup, yang menyangka bahwa fasilitas & uang adalah kuncinya..tapi sayang takdir seolah tak berpihak pada mereka. Jumlah mereka sungguh banyak tak terkira.
Hingga kemudian datanglah serombongan orang bak pujangga yang mengalirkan kata-kata hikmah untuk menghibur tapi dengan sebuah logika & solusi yang terlampau sederhana : “berpalinglah dari dunia dan jangan lagi mengejarnya, ia tak patut dipuja, dan sungguh betapa tak berharganya dunia dibadingkan dengan akherat yang abadi disana, betapa buruknya ambisi dan betapa mulianya kebersahajaan, kebeningan jiwa adalah kunci kebahagiaan bukan harta benda, tahta apalagi wanita yang sungguh semuanya justru adalah cobaan yang akan menggelincirkan keimanan & ketaqwaan……”.
Saya sungguh melihat tragedinya..
Betapa deretan kata-kata indah bak mutiara itu benar-benar menyejukkan ketidakberdayaan mereka, betul-betul memalingkan focus dan pandangannya, mematahkan cita-cita dan angan-angan, meredam hasrat keduniaan - demi ketenangan, kebersahajaan, kepasrahan yang di definisikan sebagai kebahagiaan dan puncak spiritualitas.. !
Ektasi ini demikian efektif bekerja, bagai morphin ia sungguh melenakan dari penderitaan - karena ada kepingan saraf yang dimatikan, ya benar…saraf-saraf kepingan hati tentang obsesi & hasrat pada benda-benda dunia, yang sungguh diperlukan untuk membangun sebuah peradaban.
Padahal solusinya demikian sederhana, anda dapat meraih kebahagiaan, ketenangan, menikmati kehidupan – jika anda mau mempersepsi situasi “SAAT INI” dengan kesyukuran & penerimaan. Kesyukuran & penerimaan tehadap apa yang SAAT INI ditakdirkan untuk anda - akan memberikan sensasi menikmati bukan lagi kekecewaan dan penderitaan yang mendera jiwa.
Ya benar, meraih kebahagiaan dan ketentraman jiwa adalah dengan mensyukuri & menikmati “SAAT INI” yang ditakdirkan, bukan dengan memalingkan focus & pandangan atau mengutuk dan menistakan dunia & segala hal yang gagal kita dapatkan.
Anda harus pandai-pandai menghidupkan saraf-saraf syukur & penerimaan di hati dan qalbu, bukan dengan malah membunuh & mematikan saraf-saraf (lain) hasrat & obsesi yang justru anda butuhkan untuk melipatgandakan etos & semangat untuk meraih apa yang gagal anda dapatkan saat ini.
Janganlah anda menjadi pemburu-pemburu kekayaan spiritualitas, yang mendapatkan buruannya dengan membunuh dan memporakperandakan secara brutal - kepingan-kepingan saraf jiwa yang demikian berharga bagi kemajuan kehidupan & peradaban manusia…kepingan-kepingan hati yang menyimpan obsesi. Sungguh ini sebuah kebiadaban dari - niat baik, keikhlasan yang bertemu dengan kebodohan.
Betul-betul tidak pantas disebut ‘olah jiwa’, jika ketenangan diciptakan oleh kepasrahan, ketentraman diperoleh dengan mematikan hasrat, kepuasan diraih dengan memenggal mimpi.. ya, benar-benar tak ada sedikitpun yang diolah, hanya dibunuh, dipenggal dan hapuskan..!!
Saya sungguh melihat tragedinya..
Kriminalitas yang demikian biadab pada pada jiwa-jiwa masyarakat, yang menjadikan mereka mati tapi dinamakan ketenangan, mereka sungguh pasif & apatis tapi dipuji bahwa itulah tanda hatinya telah tentram, tak ada semangat & etos untuk masa depan tapi disebutnya sebagai puncak kesyukuran..
Kebiadaban ini telah menghancurkan dan meluluhlantakkan kejayaan. Peradaban melorot pada jurang kemiskinan dan keterbelakangan…maka kita kemudian ditaklukkan !!.
Maka sungguh, kriminalitas & pembunuhan jiwa-jiwa ini harus segera dihentikan..!!
Menghidupkan hati adalah menghidupkan semua elemen-elemen syarafnya, agar kita kaya rasa., semakin sensitive serta peka, mampu memaknai dan memandu semua hasrat menjadi gelora kebaikan, kemajuan dan semangat penaklukan dunia..tentu saja ketaqwaan sebagai rajanya, sebagaimana Nabi Sulaiman as – yang digdaya..!!
Wahai sahabatku, jangan pernah berpaling dari dunia tapi sungguh, taklukkan dia..!!!
BENIH KEMAJUAN
Pertanyaan besar dalam sejarah kemanusiaan adalah : “Bagaimana menciptakan kemajuan ?”
Menciptakan kemajuan berarti membuat perubahan dan tentu saja setiap kemajuan besar selalu mensyaratkan perubahan besar sebagai benihnya. Ada satu kosakata berikutnya yang sering mengiringi tema perubahan yaitu : momentum.
Berbeda dengan istilah fisika, dimana momentum adalah hasil perkalian antara massa dengan kecepatan (p = m.v) - maka momentum perubahan sering dimaknai sebagai kejadian tertentu yang menjadi pemicu sebuah perubahan, barangkali dengan mengambil 'moment' sebagai akar kata pembentuk istilahnya.
Tapi, saya memahami momentum itu bukanlah pada ada tidaknya “moment istimewa” itu, tetapi lebih kepada bangkitnya kesadaran yang diikuti oleh kebutuhan / keterdesakan terhadap perubahan, sehingga ia menjadi pemicu ledakannya.
Oleh karena itu kekuatan perubahan itu sesungguhnya bukan pada pemicunya tetapi pada tingginya tingkat kesadaran seseorang.
Saya melihat ada tiga tipe manusia dalam mensikapinya, yaitu :
Pertama, manusia-manusia lemah, yaitu orang-orang yang justru tidak mampu membuat kemajuan dan perubahan apapun ketika dirinya lemah, tertindas & terdesak oleh sebuah peristiwa. Akal dan logikanya mati bersamaan dengan kematian mentalnya, kekerdilan jiwa dan kepengecutan telah membunuh semua kreatifitasnya dan satu-satunya alasan kenapa dirinya tidak maju adalah karena takdir demikian menindasnya.
Barangkali jumlah mereka yang begitu dominan pada masa lalu-lah yang membuat bangsa ini harus terjajah 350 tahun..juga menjadikan kita sebagai bangsa yang paling terlambat pulih dari krisis ekonomi bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti : Thailand, Malaysia bahkan Vietnam.
Kedua, manusia-manusia kuat, yaitu mereka yang mampu menjadikan ‘penindasan takdir’ itu menjadi sebuah momentum yang memicu kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya… untuk melawan, membuat perubahan & kemajuan.
Orang-orang yang kuat mentality-nya..!!. Hanya saja mereka butuh ‘momentum’ yang bisa mendesak dan cukup menindasnya, agar ia terjaga dari tidurnya. Maka, tentu saja ia selalu terlambat.. karena keburukan selalu ia butuhkan untuk melahirkan kebaikan-kebaikan juga kekuatan, sama seperti cerita : “Popeye sang pelaut yang tidak pernah makan bayam ‘kesaktiannya’ kecuali setelah babak belur dahulu dipukuli Brutus”. Demikianlah, mereka orang-orang kuat tapi selalu terlambat menggunakan kekuatannya..!
Diluar mereka semua, ada sekelompok kecil manusia dari jenis yang luar biasa, yang demikian aktif membuat perubahan dan menciptakan kemajuan, tidak ada sesuatu yang mendesak dirinya, kecuali satu hal saja : obsesi.
Obsesi bukanlah peristiwa, ia hanyalah visi imajinatif tapi begitu nyata, sangat kuat membangkitkan seluruh kesadarannya, menggesa kemauan & membakar tungku-tungku semangat jiwanya..
Orang-orang yang obsesif ini tidak lagi membutuhkan ‘moment’, peristiwa atau kejadian apapun di lingkungan sekitarnya – untuk memicu perubahan-perubahan besar dirinya. Visi & mimpi-mimpi itu telah meledakkan seluruh kesadarannya sehingga seluruh waktunya adalah momentum-momentum.. semuanya !!
Inilah yang menjadikan orang-orang yang obsesif & visioner senantiasa melesat lebih cepat, life-speed atau ritme hidupnya demikian tinggi & efektif, maka kita melihat seolah-olah mereka kehabisan waktu senggangnya..
Manusia-manusia dari jenis yang ketiga inilah yang saya maksud dengan benih-benih kemajuan itu, yang selalu dibutuhkan oleh semua bangsa untuk melahirkan kebangkitannya..!
Maka, marilah kita perbanyak jumlah mereka..!!
KONSISTENSI & KESEDERHANAAN LOGIKA
Suatu ketika, saya mendengar kisah seorang gadis kecil penjaja kue yang demikian luarbiasa. Saat itu siang hari, ketika serombongan pejabat memasuki sebuah restoran di daerah Pecenongan Jakarta untuk makan siang. Mereka masuk restoran, mengambil tempat duduk dan mulai membaca menu makanan ketika tiba-tiba beberapa pedagang asongan menyerbu masuk ke restoran dan berebut menawarkan dagangannya.
Agak terganggu dengan kehadiran para pedagang asongan ini, beberapa pejabat itu segera merogoh uang receh dan langsung memberikannya kepada mereka, dan…. benar saja merekapun langsung menghambur pergi semuanya, kecuali satu orang.
Gadis kecil itu masih menawarkan kue dagangannya tanpa menghiraukan uang receh yang diulurkan kepadanya. Maka sang pejabat inipun segera mengganti uang receh itu dengan selembar kertas seribu rupiah, mengulurkan dengan malas kepada penjaja kue ini. Tetapi aneh, penjaja kue kecil ini masih tidak bergeming dan terus merayu agar kue dagangannya dibeli. Situasi itu segera saja menarik perhatian seluruh teman-teman sang pejabat dan merekapun mulai memperhatikan keduanya. Dengan serius kemudian bapak pejabat tadi mengganti pemberiannya dengan selembar uang lima ribu rupiah dan menyodorkannya kembali sambil berharap anak ini segera pergi meninggalkannya. Rupanya, ia gagal karena gadis kecil yang tampak lugu ini masih tidak bergeming dan semakin serius menawarkan kue-kuenya. Rasa penasaran membuat bapak pejabat ini segera memilih pecahan sepuluh ribu rupiah dari dompetnya dan menjelaskan bahwa uang itu berarti hampir sama dengan separoh dari nilai seluruh dagangan sang penjaja kue, dan ia tak hendak meminta satu kue-pun sebagai gantinya. Tapi gadis kecil itupun masih menolaknya..! Dengan keheranan bapak pejabat ini – yang ramai ditimpali pula oleh rekan-rekannya – bertanya : “mengapa engkau menolaknya, wahai adik kecil..!!?”. Maka dengan ringan dan demikian lugu ia menjawab : “Ibu menyuruh saya mencari uang dengan menjual kue, dan saya tidak boleh meminta-minta..!. Semuapun terperanjat dengan jawaban yang tak mereka duga-duga sebelumnya, maka dengan penuh keharuan rombongan pejabat tadi segera memborong semua kue-kue yang dijajakan gadis kecil itu, sambil memaksakan uang tambahan yang mereka bilang sebagai bonus atas kebaikan sikapnya.
Wahai sahabatku..
Gadis kecil itu tidak mau menerima uang pemberian adalah karena sebuah prinsip yang menjadi kehormatan dirinya. Konsistensi telah memberikan ‘class’ pada mentalitas kepribadiannya.Hal inilah yang kemudian membedakan dirinya dengan yang lain. Bukankah, mentalitas yang memang akan selalu memberikan keistimewaan, ‘class’ dan keterhormatan – bahkan ketika ia dalam kebersahajaan fisik, harta maupun pengetahuan.
Wahai sahabatku..
Kemuliaan sikap, sungguh telah ia tampilkan dengan demikian sederhana, karena ia memang tidak membutuhkan ‘kemewahan’ intelektual untuk menganalisa dan membedah pilihan-pilihan bagi respon terbaiknya…
Selalu saja, pada akhirnya yang kita butuhkan ternyata hanyalah sebuah prinsip – yang karenanya ia demikian sederhana - untuk menjadi logika tindakan bagi semua sikap-sikap kita. Prinsip adalah norma-norma jiwa, dan konsistensi adalah mentalitas yang menjaganya. Orang-orang menyebutnya sebagai kepolosan dan keluguan yang sebenarnya adalah kejujuran & keihlasan yang bersih dari prasangka atau kelicikan logika materialistik semacamnya.
Wahai sahabatku..
Demikianlah, bahwa prinsip – prinsip itu selalu meringkas kerumitan logika, memisahkannya dari bias ego & syahwat kita. Dan ketahuilah, bahwa prinsip-prinsip itu telah Allah tanamkan di semua dada-dada kita. Anda akan selalu menemukannya jika anda benar-benar mencari dan menggali hati, dan jangan sekali-kali melibatkan logika disana.. karena ini memang tentang hal-hal luar biasa, yang sungguh di luar logika manusia pada umumnya.
Wahai sahabatku..
Barangkali inilah rahasia dari kesederhanaan berlogika yang kita menyebutnya sebagai keluguan & kepolosan - yang ia sungguh adalah hasil dari sebuah ketajaman.
Duhai, betapa ringannya sebuah konsistensi bagi jiwa-jiwa yang polos, lugu dan tajam ..seperti milik gadis kecil itu..!!
RESPON KEHIDUPAN
Saya sering merenungkan perspektif-perspektif sederhana dalam memandang kehidupan ini, agar ia menjadi tampak mudah untuk menjalaninya, salah satunya adalah perspektif : RESPON.
Dalam perspektif sederhana ini, saya memandang bahwa kehidupan sebenarnya hanyalah sekedar kumpulan-kumpulan respon saja. Yaitu respon - respon terhadap hubungan komunikasi dan interaksi yang terjadi, sehingga persoalan kehidupan inipun rasanya hanya satu hal saja, yaitu masalah RESPON.
Wahai sahabatku..
Respon - respon itulah yang sebenarnya membentuk identitas kepribadian, yang dengannya seseorang dikenal dan dikenang. Bukankah respon-respon itulah yang kemudian dinilai ‘trend-nya’ dan diraba oleh orang lain sebagai ‘sosok’ kita yang sebenarnya, yang dengan ‘sosok abstrak’ itulah sesungguhnya kita berkomunikasi & berinteraksi - bukan dengan organ-organ fisik, tapi dengan sosok kepribadian yang melahirkan ’respon fisik’ itu.
Disinilah kita menyadari, mengapa, Allah swt pun menilai bukan terhadap kualitas fisik melainkan pada kualitas respon-respon terhadap jalinan interaksi dan komunikasi dalam sejarah kehidupan seseorang (‘amal / sikap).
Wahai sahabatku..
Saya jadi merenungkan tentang manusia, yang perut & syahwat-nya demikian mendominasi respon – responnya, hingga ia memenuhi seluruh cerita tentang hidupnya..
Saya juga merenungkan tentang manusia, yang respon-responnya hampir selalu tentang hal-hal kecil & urusan – urusan sepele - maka saya merasa itulah kira-kira class-nya.
Padahal, kehidupan ini sungguh menyajikan begitu banyak warna & dinamika dan juga begitu luas pula kanvas yang tersedia, anda selalu tinggal memilih respon-respon keterlibatan anda disana.
Semakin banyak dimensi yang anda libatkan tentu saja semakin menegaskan kehadiran & pengaruh anda, juga dinamika yang akan tercipta. Respon lisan dengan hati tentu lebih baik daripada respon lisan saja tanpa hati, dan tentu akan sempurna jika disertai dengan respon ‘amal (aktifitas), apalagi ditambahkan pula harta bahkan sebagian manusia meraih kehormatan & kemuliaannya dengan mempertaruhkan nyawa untuk lukisan di kanvasnya..
Wahai sahabatku..
Keragaman respon manusia tentu saja berawal dari derajat sensitifitas yang berbeda. Logika, pemahaman & paradigma sungguh telah menyebabkan konstruksi kepekaan yang tak sama diantara mereka.
Bukankah seseorang perlu pengetahuan agar sensitive terhadap bahaya, perlu pemahaman untuk menjadi peka terhadap faktor-faktor yang mengancamnya, perlu ilmu untuk ‘aware’ pada potensi & kekuatan yang dimilikinya – sebagaimana juga ia perlu kontepelasi (ibadah) untuk tak mudah emosi, perlu mengambil jarak untuk menjadi bijak. Benar sehabatku, itulah dua dimensi kepekaan manusia, kepakaan akal dan kepekaan jiwa..
Wahai sahabatku,
Dalam renungan ini aku menangkap sebuah ironi..
Berduyun-duyun manusia mendatangi tempat-tempat ibadah, menyerahkan diri penuh kontapelasi, sungguh ikhlas mensucikan jiwa & menghidupkan hati, membersihkannya agar ia sensitif dan menjadi peka tetapi.. kontapelasi indah itu sungguh menyibukkan & menyita hampir semua waktunya hingga tak ada lagi waktu untuk ‘melukiskan’ respon-respon pada kanvas kehidupannya.
Benar sahabatku, sebuah ironi tentang keterputusan antara membangun sensitifitas & melahirkan respon. Inilah ironi kehidupan para ahli ibadah, yang menjebak dengan cara yang sama, para ilmuwan dalam ilusi pengetahuan - yang jauh dari aspek praksis kehidupan. Sungguh mereka tidak melahirkan apa-apa kecuali akhirnya hanyalah pantulan kekecewaan & skeptisme pada warna-warna dunia..
Wahai sahabatku..
Liarnya kehidupan & riuhnya godaan, sungguh membuat sensitifitas itu selalu membutuhkan komitmen & keberanian - bahkan kadang-kadang - untuk lahirnya satu respon saja yang benar dan efektif di sana..!!.
Demikianlah, aku merenungkan kesempurnaan siklusnya : ilmu & ibadah, sensitifitas & kepekaan, kemudian komitmen & keberaniaan, barulah respon - respon indah kehidupan.
Wahai sahabatku..
Maka, saya pun mulai membaca posisi diri, mengapa respon - respon buruk terus saja terjadi..?
Sungguh sahabatku, beritahukanlah segera,..apakah ini masalah sensitifitas, awareness, komitmen, keberanian ataukah.. semuanya bermasalah ?
Minggu, 01 Februari 2009
DUA KARUNIA KEHIDUPAN
Telah kita pahami bahwa peristiwa - peristiwa selalu membuat banyak perbedaan pada diri manusia.
Pengalaman hidup & peristiwa yg mengiringi hidup kita itu - yang ditakdirkan tak sama - benar-benar mengguratkan warna yang berbeda pada karakter, mentalitas, juga cara kita memandang atau mempersepsi masalah..
Oleh karena itu, bertemu dengan orang-orang mulia dan mengalami kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa luarbiasa... sungguh adalah dua karunia yang paling indah dalam kehidupan ini..
Sehingga, betapa banyak manusia yang mengangan-angan dan mengkhayalkan seandainya takdir bisa mempertemukan dirinya dengan para rasul dan nabi-nabi, dan berkata : " pasti aku akan menjadi sahabat-sahabat utama-nya dan tak akan alpa untuk terus menyertai jihad dan semua peperangan yang ada "
Ya benar, sahabatku..
Sebuah ekspresi tentang kerinduan untuk hidup bersama orang-orang mulia, untuk mendapatkan keberkahannya, karena ia adalah pemandu kehidupan yang akan mengokohkan seluruh langkah-langkah bimbang, menyusupkan banyak keberanian untuk bertindak benar, mengingatkan idealisme yang mulai beranjak buram, mendesakkan banyak tema untuk kemajuan tapi bukan tentang diri atau kepentingannya… karenanya ia benar-benar mulia.
Sehingga Allah swt berpesan agar jika kalian sempat menemuinya, maka jangan pernah melapaskannya..!!
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami , serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas “.QS.8:28
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang shaadiqiin..” QS. 9:119
Sahabatku..
Maha Bijaksana Allah swt yang telah menganugerahi kita Al Qur’an, tempat kita bertemu dengan orang-orang mulia sepanjang sejarah, karena ia adalah kumpulan kisah-kisah tentang mereka pada episode-episode yang paling menggugah. Menyimak dan membacanya pun berpahala, oleh karena itu jangan pula pernah melepaskan tilawah..!!
Sahabatku..
Hadirnya peristiwa-peristiwa dan kejadian luar biasa - adalah karunia kedua dari sebuah takdir kehidupan, selain pertemuan dengan orang-orang mulia..
Sahabatku..
Kita paham, sebagaimana warna-warna membutuhkan kanvas untuk menampilkan keindahannya, atau sinar mentari yang membutuhkan titik-titik air untuk mewujudkan pelangi indah.. maka semua kemuliaan juga selalu membutuhkan peristiwa & kejadian istimewa sebagai kanvasnya, untuk menampilkan coraknya sehingga bisa dicerap dan menginspirasi manusia lainnya..
Oleh karena itu, semua orang mulia selalu menunggu-nunggu peristiwa yang akan menjadi taqdir kepahlawanannya.. Jiwa yang menunggu-nunggu selalu adalah jiwa-jiwa yang peka, getaran kecil saja sebuah peristiwa akan ber-resonansi demikian keras, lantang memanggil-manggil kehadirannya. Jiwa-jiwa yang selalu menunggu di ujung jalan sejarah, untuk mendiskripsikan eksistensi dirinya di dunia..
Itulah sebabnya ia selalu menjadi pionir, ‘hanya’ karena ia lebih peka pada setiap kejadian & peristiwa, merasa lebih terpanggil, merasa lebih bertanggungjawab atas kehidupan ini seluruhnya..
Sahabatku..
Orang yang menungu-nungu ini tentu saja adalah orang yang paling sadar akan waktu dan sangat khawatir terhadap waktu.. Ia paham sepenuhnya, suatu saat nanti, pada waktunya nanti, semua menjadi tidak ada manfaatnya sama sekali – kekayaan ataupun jabatan, ilmu ataupun kekayaan intelektual, kekuatan fisik juga kesehatan – kecuali ia pernah digunakan untuk sebuah kebaikan..!!
Maka setiap momentum menjadi demikian berharga bagi umurnya, apalagi setiap peristiwa atau kejadian luar biasa yang menjadi persimpangan-persimpangan sejarah.. sungguh ia pahami sebagai sebuah keberkahan besar bagi usianya, maka ia tak akan lari dari kontribusi bahkan mengerahkan semua potensi dan sungguh menikmati..
Jika Rasulullah saw telah dimuliakan Allah swt dengan ratusan peperangan dalam 63 tahun hidupnya, maka tidakkah kita berharap pula akan datangnya peristiwa & kejadian yang luarbiasa, bertubi-tubi pada masa hidup kita ?? ..atau sebenarnya peristiwa & kejadian-kejadian itu telah demikian bergelora di sekeliling kita tapi kita yang terlalu tuli untuk mendengar panggilannya ??
Demikianlah, sense of momentum yang demikian rendah akan selalu menjadi bencana bagi umur kita..!!
Selasa, 27 Januari 2009
GERAKAN dalam GERAKAN
“ Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu dengan nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-NYa kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung ”
Merenungi kalimat suci, akan selalu menghadirkan kesadaran juga inspirasi..
Keindahan bait nya yang selalu berpadu dengan kekuatan makna hingga tuntunan langkah bahkan dengan semua urutan-urutannya.. sungguh keajaiban yang membawa berkah bagi semua penyimaknya..
Dua cahaya pada QS.3:103 – 104, demikian sempurna menggugah kita tentang betapa niscayanya sebuah keutuhan, betapa darurat & pentingnya sebuah inisiatif… untuk upaya perbaikan dan penyempurnaan, saya lebih suka menyebutnya sebagai inisiatif perubahan, gerakan kemajuan atau gerakan kebangkitan..
Inisiatif itu, yang merupakan upaya perbaikan & perubahan tentu saja tidak hanya menjadi keniscayaan bagi sebuah bangsa bahkan ia menjadi keharusan bagi gerakan perubahan itu sendiri..
Bahwa kalimat : “..dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan..” - adalah postulat suci yang berlaku pada semua entitas, termasuk entitas gerakan perubahan itu sendiri - yaitu hadir, lahir dan munculnya orang-orang yang selalu mengambil inisiatif & menjadi motor, membuat gerakan dalam tubuh pergerakan..
Benar sahabatku, semua entitas perubahan selalu membutuhkan GERAKAN dalam GERAKAN..!!
GERAKAN dalam GERAKAN akan menjamin sebuah pergerakan untuk TERUS BERGERAK MAJU menuju pada kondisi ideal yang diinginkannya – sebagaiman QS. 3 : 104 – harus selalu ada ada dalam tubuh pergerakan ini sekelompok kecil yang membuat arus, mengakselerasi harakah menuju tujuan-tujuannya. .
GERAKAN dalam GERAKAN bukanlah gerakan separatis, hanya saja ia memang ARUS yang JAUH LEBIH KUAT daripada genangan air yang merambat disekitarnya, yang BERGEJOLAK JAUH LEBIH HEBAT daripada kelesuan semangat dalam menyambut tantangan kepahlawanan yang dibutuhkan jamannya..
GERAKAN dalam GERAKAN hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi yang JAUH LEBIH BESAR daripada sekedar keinginan-keinginan dan kemajuan-kemajuan kecil orang-orang disekitarnya ..
Oleh karena itu mereka selalu tahu dan sadar, bahwa GERAKAN dalam GERAKAN akan selalu tampak EXTREM dilingkungan para pejuang yang biasa-biasa saja, begitu juga dimata mereka yang telah lelah..!!
GERAKAN dalam GERAKAN...adalah tanda-tanda abadi KEBANGKITAN. .!!!
Senin, 26 Januari 2009
MERENUNG
Merenung adalah aktifitas berpikir mendalam (deep thinking), yang sungguh berbeda dengan melamun & termenung. Perbedaan besarnya adalah pada aspek kesadaran.
Melamun & termenung adalah gambaran tentang kondisi hanyutnya sebuah pikiran, tentu saja ia kehilangan efektifitasnya karena memang sedang out of control.. walaupun kondisi out of control ini selalu ada saja penggemar & penikmatnya di dunia ini.
Berbeda dengan keduanya, merenung adalah aktifitas berpikir mendalam dengan penuh kesadaran (deep thinking) dan ia adalah tradisi semua orang-orang besar..
Kebanyakan dari kita mungkin telah terbiasa berpikir evaluatif atas peristiwa masa lalu untuk menarik hikmah & pelajaran, tetapi saya mengusulkan agar kita juga membuat sebuah ritual untuk perenungan yang lebih bersifat kontapelatif..
Bukan menganalisa peristiwa tetapi sebuah ritual untuk mempertanyakan ulang semua hubungan-hubungan yang kita lakukan..
Yaitu mempertanyakan kembali dalam ruang kesadaran kita, hubungan kita dengan Sang Pencipta, hubungan kita dengan orang tua, hubungan kita dengan istri /suami, hubungan dengan anak-anak...hubungan kita dengan pekerjaan, dengan masyarakat, negara...dsb
Dengan mempertanyakan ulang semua hubungan yang ada maka akan lahir sebuah kesadaran baru tentang hakekat keberadaan mereka semua... dalam kehidupan kita.
Tuhan kita tentu saja adalah tuhan yang lama dan istri kita pun adalah istri yang lama, tapi kita akan memandangnya dengan kesadaran-kesadaran yang baru...
Setiap kali saya melakukan ritual perenungan itu, antara pk.08.00 - 09.30 di sudut favorit ruang kerja saya, dengan pencahayaan yang agak redup, dalam keheningan itu.. maka seolah kehidupan ini, baru kembali dihadirkan.. maka tiba-tiba, dorongan untuk menyapa istri dan mengungkapkan kata-kata cinta " I Love You.." dengan nada seperti pengantin baru selalu menjadi kejutan indah... ya, kesadaran cinta yang baru..
Tentu saja, komitmen-komitmen hubungan yang tampak baru itu..menguat kembali seperti diawal-awal semangatnya, optimisme kembali menyeruak, hati pun bening, logika telah jernih, jiwa kan kuat menggelora..
Kesadaran-kesadaran baru atas hubungan-hubungan yang ada pun akan menguak cakrawala kita untuk menemukan hakekat peristiwa dengan seluruh benang merahnya atau sekedar ide-ide dan gagasan luarbiasa.. yang tampak sederhana di awalnya.
Ya benar sahabatku, perubahan dan kebangkitan yang akan selalu menjadi buahnya..
Saya rasa, setiap muslim yang baik, semua aktifis yang bersemangat dan para pemilik obsesi-obsesi besar perlu ritual ini.. yang telah menjadi tradisi seluruh orang-orang besar..
Jumat, 23 Januari 2009
KEZUHUDAN
Diawali kisah 2 orang pedagang, saya mendapatkan kesadaran baru tentang kuzuhudan.
Seorang penjual gorengan di pasar Tanah Abang Jakarta, dengan gerobak rodanya menjual tahu, tempe, singkong dan pisang molen. Demikian tekun ia bekerja sejak matahari belum terbit - untuk berbelanja bahan-bahan jualannya di pasar yang cukup jauh, demi mendapatkan harga murah yang akan memperbesar keuntungannya. Karenanya shalat subuh tak lagi jadi kebiasaannya. Dan karena ia merangkap bagian produksi (menggoreng) sekaligus marketing dan kasir , ditambah dengan karakter pembeli yang suka gorengan hangat membuat ia menjadi sangat sibuk dan ‘terpaksa’ shalat dhuhur & asar bahkan maghrib sering menjadi korban kegigihannya..
Di tempat yang sama, pasar Tanah Abang , seorang pemilik 10 kios yang menjual kain & pakaian dengan 50 orang karyawan, tampak tidak terlalu sibuk bekerja, dan dengan ringan ia segera menyambut semua panggilan adzan sambil mengingatkan seluruh karyawannya untuk shalat bergantian. Ia juga tekun berbisnis sambil terus menjaga waktu shalatnya.
Pertanyaannya, siapakah diantara 2 pedagang ini yang lebih ‘kemaruk’ dunia ? – rasanya sang penjual gorengan bukan.. Siapakah yang lebih zuhud terhadap dunia ? – kayaknya sang pemilik 10 kios kan..
Zuhud terhadap dunia adalah masalah keterikatan hati dengan dunia hingga melupakan akherat, zuhud itu tidak ada hubungan sama sekali dengan QUANTITY asset yang dimiliki seseorang, zuhud itu hanya berhubungan dengan POSISI keduniaan itu, apakah ditangan ataukah menguasai hati..
Oleh karena itu Rasulullah saw mengungkapkan : “kefakiran itu mendekatkan pada kekufuran..”
Bahwa kemiskinan itu justru sering membuat orang tidak mampu bersikap zuhud – membuat hajat keduniaannya meluap-luap hingga mendominasi hati dan sebagian besar waktunya dan tinggal sedikit waktu untuk Rabb-nya. . sebagian tukang becak & tukang parker menunjukkan faktanya
Walaupun tidak sedikit orang kaya yang juga tidak mampu bersikap zuhud – keserakahan terhadap dunia membuatnya terus kehausan dan menghabiskan seluruh umurnya untuk menumpuk-numpuk dan menimbun harta..sebagaimana dijelaskan dalam QS. At Takatsur – gambaran orang-orang kaya yang bermental miskin, karena yang miskin adalah jiwanya..
Memiliki fasilitas yang lengkap & baik – bukanlah indikasi tentang ketidak-zuhudan seseorang, apalagi jika itu dimanfaatkan untuk kemudahan da’wahnya..maka kendaraan Rasulullah saw adalah onta terbaik yang ada disana..
Sehingga Rasulullah saw mengomentari ‘kemewahan harta’ Utsman bin Affan ra. : “harta yang baik ditangan orang yang baik..”
Utsman bin Affan, pedagang kaya raya yang sangat zuhud terhadap dunia, sehingga dengan sangat ringan ia menginfaqkan 700 ekor unta beserta seluruh dagangannya untuk membiayai jihad fii sabilillah, bahkan ketika kafilah dagangnya itu belum sampai di pasar..
Jadi zuhud adalah perbuatan hati, lawan dari keserakahan & keterikatan hati pada dunia, tentang posisi dunia dihati seseorang bukan masalah quantity yang dimilikinya….
Allah tidak melarang kaya tetapi Allah meminta zuhud, agar kekayaan itu menjadi keberkahan.. !!
Kamis, 22 Januari 2009
Kejahatan Orang Baik
Tulisan ini di-inspirasi oleh sebuah tulisan sang inspirator muda yang saya kagumi dan saya cintai : Irwan,ST di blog yang selalu saya sempatkan untuk membacanya : inspirasibangirwan.blogspot.com
Setiap manusia, kadang hatinya terlanjur dikuasai oleh emosi, logikanya dipenuhi oleh informasi yang salah, persepsinya dituntun oleh kesempitan sudut pandang & kedangkalan ilmu, sikapnya kasarnya dibentuk oleh rendahnya budipekerti dan etika....
Ya, betapa banyak orang-orang baik yang sebenarnya tidak jahat hatinya - dari jenis yang seperti ini ditengah-tengah dunia
Maka, kepada mereka Rasulullah saw melarang sahabatnya, Abu Bakar ra, yang hendak menghentikan infaq & shadaqahnya, pada peristiwa fitnah Aisyah ra - Shafwan ra.
Mereka tidak jahat hanya saja tidak pernah membaca ayat-ayat Alqur'an tentang tabayun atau hadits-hadits tentang 40 alasan sebelum menuduh & berprasangka..
Mereka orang-orang baik, hanya saja tidak pernah berusaha meluaskan ilmu & cakrawala berpikirnya tentang Keindahan & Keadilan Islam serta gerakan sistematis untuk menegakkannya..
Mereka orang-orang yang tidak jahat, hanya saja selera rendah mereka telah beretemu dengan film-film serta virus-virus globalisasi - sehingga meruntuhkan akhlaq, etika dan budi pekertinya..
Begitulah 'kebodohan orang-orang baik & kerendahan selera' selalu membahayakan, menyibukkan dan tentu saja menghambat gerakan kebaikan..
Inilah juga yang membuat kita harus semakin jeli membaca peta persoalannya, semakin arif mensikapi fenomenanya, semakin sistematis menyusun langkah perbaikannya, semakin banyak membaca referensi-referensi & teori-teori yang ada, semakin sering bergaul dan menyatu dengan masyarakat tuk menyelidiki persepsi & logika yang dipakainya, semakin sering berdoa memohon petunjuk & hidayah kepada Allah...dan semakin sering mengurangi waktu tidur & istirahat kita..
Kemuliaan
Kesuksesan dan kemuliaan adalah dua hal yang memiliki dimensi yang berbeda, dalam ukuran-ukuran maupun sudut pandang penilaiannya..
Jika kesuksesan adalah ukuran terhadap HASIL perjuangan, maka kemuliaan adalah ukuran untuk PROSES-nya.
Jika kesuksesan & kemenangan bisa berlaku kolektif maka ukuran kemuliaan itu selalu pada dimensi personal
Seseorang bisa mulia walaupun mendapatkan kekalahan..
Para syuhada itu mulia dan mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah swt walaupun ia gugur & kalah dalam pertempuran..
Ia mulia karena kesucian niatnya, mulia karena kesungguhan amalnya, mulia karena besarnya pengorbanannya juga keberaniannya, ia mulia karena kegembiraan dalam kesulitan perjuangannya di jalan Allah, ia mulia karena ia tegar dan tak pernah merubah janji dan sumpahnya fii sabilillah..
Dan sebaliknya, bisa jadi kita menang secara kolektif, tapi secara personal sangat mungkin sebagian orang didalamnya tidak mendapatkan kemuliaan bahkan mungkin hina di mata Allah, pengorbanannya memang tidak sia-sia hanya saja secara pribadi ia mendapatkan kerugian..
Kemuliaan juga tidak berhubungan dengan posisi & kedudukan - yang seringkali menjadi ukuran kesuksesan - karena ia memang bukan sebuah karir struktural
Jika kesuksesan itu mencakup prinsip-prinsip efisiensi, efektifitas & optimalisasi pada taktik dan strategi - maka kemuliaan itu menyangkut : motivasi & niat, komitmen & kesungguhan, tsabat & pengorbanan, semangat & keberanian
Jika kesuksesan menyangkut manajemen sumberdaya maka kemuliaan adalah masalah pengelolaan jiwa
Satu hal yang perlu kita sadari dengan baik, bahwa kemenangan dan kemuliaan adalah dua kosakata yang hanya akan hadir setelah ada pertempuran..
Oleh karena itu, jika seseorang itu benar-benar seorang muslim yang baik maka ia akan menyambut pertempuran dan selalu mempersiapkannya.. karena disanalah ia akan mendapatkan kemenangan dan meraih kemuliaannya..
Menyambut pertempuran adalah gambaran tentang jiwa & mentalitas para petarung yang selalu menunggu-nunggu momentum kehidupan - yang melintas pada jalan sejarah yang menjadi takdirnya..
Dan ketahuilah, tidak semua generasi di berkahi Allah dengan momentum itu pada masa mudanya..yang menjadi masa-masa terbaiknya
Betapa banyak tentara yang menghabiskan masa mudanya di barak-barak latihan sementara peperangan yang ditunggu-tunggunya justru terjadi di saat usianya telah tua, bukan pada masa-masa terbaik yang dimilikinya..
Sehingga para sahabat nabi dahulu, sampai menangis dan demikian kehilangan ketika ia tertinggal dalam sebuah kesempatan jihad fii sabilillah .. karena itu berarti terlewat sudah sebuah momentum untuk mengukir prasasti kemuliaan dirinya.. sebagaimana diabadikan Allah dalam QS.9:92
Maka, jadilah orang-orang yang menunggu-nunggu..!!
Rabu, 21 Januari 2009
Catatan ttg Pernikahan Indah
Sungguh obsesi tentang kehidupan yang terus bergelora menjadi penyebabnya, ..maka pada tahun 1993 saya menikahi seorang perempuan yang dikenal sebagai aktifis yang sangat bersemangat..
Awalnya, ada teman bak saudara yang berkisah tentang seorang perempuan Bugis, aktifis mahasiswa..eh mahasiswi dink, yang penuh semangat menyerukan sebuah cita-cita mulia..
Mendengar kisah semangat perempuan yang sungguh mempesona jiwa ini dengan keberanian, obsesi & cita-cita yang dimilikinya maka segera saja angan-anganku pun melambung... membayangkan seandainya aku bisa menjadi bagian dari kehidupan perempuan ini yang penuh gelora dan dinamika...
Sahabatku, mungkin engkau tidak percaya bahwa saya pun langsung melamar dan mendatangi orangtuanya sebelum saya kenal dan melihat sosok dirinya..haa..haa...ha, seperti kamu, orangtuanya pun kaget, heran, bingung dengan semua tindakan yang tidak seorangpun bisa memahami apalagi meyakini ketulusanku...
Tentu saja, keheranan mereka bertambah karena kami kemudian seolah mengadu idealisme & kesucian cinta, merasa bangga untuk tidak saling mengenali wajah..
Hanya, heroisme yang ingin kita patri menjadi prasasti bagi perkawinan suci kami...
Dan konsekwensinya adalah kami baru bertatap muka setelah resmi menikah, sehingga orangtua hingga mertua dan saudara menyebutnya sebagai kekonyolan tapi kami mengenangnya sebagai keindahan..!!!
Sahabatku,..perempuan bugis itu bernama SRI RAHMI
Kemuliaan cita-cita & keindahan gelora semangat-nya sungguh membuatku terpesona..ia telah memenuhi seluruh hayalanku tentang bagaimana cara menikmati hidup ini...benar sahabatku, memenuhinya dengan cita-cita..!!!
Bukankah Cinta adalah energi kehidupan sedangkan Obsesi & Cita-cita yang akan memberikan maknanya.. tanpa keduanya tentu saja hidup ini menjadi sangat hampa ..!!
KERESAHAN ( catatan 1 tahun lalu )
Wahai sahabatku..
Kabarkanlah beberapa rahasia yang kau punya tentang dunia, agar kusanggup menggapai, menggenggam sekaligus menguasainya, karena ia begitu tampak perkasa mengancam, mengintai, mempedaya, selalu ingin menindas dan menjajah - dan aku ingin membalikkannya..!!
Tidakkah kau sudi berbagi tentang postulat dan kerangka logika dari mana kita harus memulai..
Benar sahabatku, yang ingin kusimak darimu adalah cita-cita tentang kebangkitan dan keindahan romantika perjuangannya, tentang apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan kebodohan & kemiskinan dari takdir umat ini..
Beratnya beban hidup telah membutakan hati mereka untuk justru perlu berbagi..
Kepenatan & keletihan seharian kerja telah membunuh semangat mereka untuk merancang rekayasa kebaikan & kesejahteraan bersama..
Kepedulian, ketulusan & kepahlawanan telah menjadi demikian langka, dan mereka hanya mengutuki nasib tanpa berusaha merubahnya, menjadikan materialisme sebagai kambing hitam tapi terus mengikuti fatwa budaya & menikmati ruhnya..
Saya menjerit-jerit terluka dan terus kecewa betapa mudahnya tipu daya sederhana ini bisa terus bekerja…
Wahai sahabatku..
Kamu tentu tahu kepedihan tidak selamanya membuat putus asa, adakalanya justru melahirkan mimpi-mimpi gila…
Maka saya pun mulai gila.. kadang merenung tapi kemudian meronta-ronta, berteriak-teriak dan menyeru-nyeru, yang saat ini saya yakin engkau pun mulai membaca gejalanya…
Benarkah diriku mulai gila, karena sebuah utopia kebangkitan itu telah kupandang sebagai sebuah keniscayaan bahkan keyakinan…. bagi umat ini, bagi bangsa ini..
Masalah kita sederhana begitu juga tipu dayanya maka penyelesaiannya pun kupandang demikian sederhana, sesederhana yang dilakukan oleh seorang laki-laki 1500 tahun yang lalu..
Perubahan mentalitas kemudian paradigma sebelum sistem dan tehnologi yang menunjangnya..maka kita akan DIGDAYA..!!!
Kebangkitan selalu membutuhkan energi besar & kemauan kuat (teori Quantum Ikhlas) bukan cuma keinginan kuat (teori The Secret), yang sebanding dengan skala ekspektasi & obsesi perindunya..
Saya dengan beberapa teman di makassar yang bercita-cita konyol setinggi langit, berusaha merangkai dan merakit segala kesaktian yang dimiliki oleh umat ini bagi kebangkitan itu..
Bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2006 kami pun bersumpah didepan Notaris untuk melembagakan cita-cita konyol setinggi langit itu dengan nama BangKIT Institute..
Dr.Rhiza S Sadjad, orang sakti yang pernah bersemedi di Amerika Serikat mau menjadi Presiden untuk mimpi bodoh kami dan tentu saja aku mau mewakafkan diriku untuk menjadi sekretarisnya..
Benar sahabatku, mirip ketoprak, yang dari pentas kecil mereka mengangankan akan merubah dunia..
Sahabatku, tentu kamu tidak keberatan kan, untuk membaca mimpi kebangkitan kami, kemudian pasti kamu tidak keberatan kan untuk turut mewarnai nya agar menjadi tidak sekedar blue print gagasan tapi agar ia mewujud dengan indah pada dimensi yang bisa diraba..!!
INILAH MIMPI KAMI...!!
Kami menyebut deretan mimpi ini sebagai KEBIJAKAN DASAR sebagai Statuta pendirian BangKIT Institute :
Setiap negara selalu mempunyai tujuan nasional yang merupakan terjemahan dari cita-citanya untuk memberikan kesejahteraan, rasa aman, keadilan dan keamanan bagi seluruh rakyatnya. Para pendiri bangsa inipun telah pula merumuskan tujuan nasional bangsa Indonesia yang dicantumkan dalam konstitusi bangsa pada Pembukaan UUD 1945 : “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial .
Kita pun telah memahami bahwa, keutuhan dan eksistesi bangsa sesungguhnya dijalin oleh begitu banyak unsur dan keragaman potensi yang mendukungnya. Dan telah jelas bagi kita bahwa untuk membawa bangsa ini menuju kepada kemajuan dan kejayaannya, sungguh memerlukan kearifan dan menghendaki disiplin berpikir sistemik dalam mengelolanya.
Ketika para cerdik cendikia telah meyakini bahwa pembentuk kekuatan nasional adalah kumpulan dari kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya, geografi, sumber daya alam, kapasitas industri, keuangan, jumlah penduduk, moral, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan militer aktif - maka sesungguhnya tidak ada alternatif yang lebih baik bagi kita untuk menata bangsa ini kecuali dengan mulai melakukan studi komprehensif secara serius atas keseluruhan unsur-unsur diatas untuk kemudian merumuskan kebijakan pembangunan dan pengembangan yang tepat dan efektif.
Disisi lain kita telah menyaksikan betapa bangsa-bangsa maju telah bergerak dengan sangat sistematis untuk mengejar keunggulan dan superioritasnya untuk bisa survive di era globalisasi. Sebuah tantangan dari realitas jaman di era The Borderless World, yang tak mungkin kita hindari.
Maka kehadiran kita disini haruslah bermakna peran, kesadaran kita haruslah bermakna inisiatif dan tanggungjawab kita haruslah bermakna gerak dan langkah nyata.
Untuk itulah BangKIT Institute lahir, sebagai sebuah wadah bagi seluruh anak bangsa untuk mengambil peran dan inisiatif, membangun dan mengembangkan belahan timur negeri ini secara konprehensif dan integratif, agar kawasan ini mampu memberikan kontribusi yang positif bagi kesejahteraan, kemajuan dan kekuatan bangsa, demi terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Senin, 19 Januari 2009
ANTARA CINTA dan CITA-CITA
Suatu ketika, seorang teman lama yang lebih dari 20 tahun tak pernah berjumpa mengirim kan sebuah email, meminta sharing pengalaman untuk sebuah keputusan apakah akan menyekolahkan anaknya di sebuah SMP luar kota (boarding school ) sehingga harus berpisah ataukah..?
Maka, aku mencoba memberikan perspektifku..tepatnya kami (bersama istriku)
Sungguh anak adalah tumpuan cinta & cita, itulah sebabnya mereka demikian indah bak permata menghiasi hidup kita..
Ya, cinta & cita adalah dua kosakata yang tidak pada semua masa ia mampu bersatu, ketika cita-cita harus berarti berpisah sementara cinta tak hendak melepaskannya..
Barangkali, saat itulah kita harus mengeja tidak lagi dengan cara yang sama,tetapi mulai membaca dari episode terakhirnya agar jiwa tak lagi gundah menjalani skenarionya..
Ya, membalik urutannya adalah cara sederhana menyatukan cinta dengan cita-cita, tidak mudah memang dan tentu saja membutuhkan banyak ritual baru tuk membuktikan bahwa cinta tak pernah jeda..
Empat tahun yang lalu, sungguh masa-masa tersulit bagi UMAR IZZUL ISLAM, anak kami, bocah 10,5 tahun (ia terlalu cepat disekolahkan) untuk memahami bahwa kami sungguh mencintainya, tapi dengan mendeportasi dirinya sebagai bukti terbesar perasaan kami itu.. sesuatu yang perasaan kamipun harus tercabik-cabik dahulu untuk menjalankan logikanya..
Tentu saja narasi indah tentang cita-cita - tak kan pernah cukup untuk menutup sayatan perpisahan - bagi siapapun yang demikian butuh pelukan kasih sayang perlindungan dalam kelemahannya..
Maka kami rasa tidak ada lagi jalan yang lebih bijak daripada mengajarkan mereka satu tema, yaitu tentang indahnya perjuangan & kepahlawanan - agar mereka mampu menahan semua sayatan-sayatan itu dengan kebanggaan & keterhormatan..
Sungguh, kami terus berdo’a meminta kepada Allah swt, agar segera datang suatu masa dimana mereka sudah mulai bangga dengan luka, sebagai tanda mereka telah menjelma menjadi singa..
Saat itu, semua tangisan hanya memiliki satu arti, yaitu kecintaan, rasa sayang & kemanjaan, dan tidak lagi bermakna ketakutan, kelemahan atau kecengengan..karena telah sempurna bingkainya
Maka momentum inilah yang kemudian harus benar-benar kita jaga dengan ritual-ritual sentuhan cinta yang baru, yang tak merobohkan kerangka psikologisnya..
Ritual itu adalah siraman lebat ungkapan cinta, pujian & kata-kata indah tentang betapa mulianya mereka, betapa bangganya kami ditakdirkan menjadi orangtuanya..bla.. bla..bla.. dan tidak lagi harus tanpa derai airmata..
Maka aneh, tak terasa semakin lama kitapun merasa semakin tegar tanpa kehilangan romantisme perasaan cinta sebagai ayah bundanya, hanya saja ia tampil dalam bentuknya yang lebih gagah..
Saya rasa, situasi inilah yang justru menjadi pelajaran & tempaan terbaik bagi jiwa, karakter & kepribadian mereka..bukan pada pelajaran akademis yang akan menjadi konsumsi otak dan teori-teori moral yang dikhotbahkan di kelas-kelas mereka..karena memang benar sasarannya berbeda, ilmu pengetahuan akan menajamkan logika dan memperkaya khazanah serta rencana kontribusi hidup mereka tapi bukankah lebih sempurna jika kita melengkapi dan merekayasa pula kekuatan kepribadian & karakter mereka untuk mampu mewujudkannya..
Saya kemudian mencoba untuk memilih, pada titik mana, sebuah rekayasa penempaan karakter paling efektif dan sekaligus aman untuk dijalankan..
Maka kamipun memilih pada masa SMP mereka, dengan logika bodoh seperti biasa, bahwa kalaupun gagal kami masih punya cukup waktu 3 tahun berikutnya – masa SMA – untuk melakukan recovery & meluruskan segala ekses psikologis & mentality yang terjadi jika proses tidak berjalan sempurna disana..
Maka, menarik kembali mereka pada masa SMA adalah postulat & perjanjian resmi yang kami buat bersama mereka..
Ini sekedar sharing ttg eksperimen ngawur pendidikan 2 orang anak kami, siapa tahu ada banyak usulan untuk ekperimen berikutnya, ada 4 orang anak lagi neh..!!
KEHIDUPAN
Kehidupan adalah lukisan yang kemudian memantul dan mewarnai sketsa persepsi, mengukir detail konsepsi, memantik saraf-saraf emosi manusia dan kemudian melahirkan reaksi-reaksi…. untuk sebuah lukisan baru kehidupan
Sensitifitas bakat yang tak sama, kacamata ilmu yang berbeda, begitu juga tebal tipis lensanya..dan tentu saja kisah-kisah takdir yang berbeda dari seluruh penghuninya adalah berkah bagi keindahan panorama & mozaik kehidupan..
Sungai bisa menggugah para pujangga tuk menderas bait-bait puisinya, pengusaha tersenyum dengan bisnis transportasi yang jadi peluangnya, para arsitek langsung memenuhi kepalanya dengan banyak sketsa jembatan indah yang mungkin dibangunnya, para petani memperhatikan debit airnya, para peternak mengamati ikan-ikannya, anak-anak bergembira bermain-main diatas batu-batunya sementara ibu-ibu mengkhawatirkan arus derasnya..
Begitulah, beribu-ribu pantulan akan menyajikan berjuta-juta mozaik baru kehidupan, berebut ruang untuk memberikan arti atas keberadaan dirinya.. ya sungguh terutama untuk dirinya sendiri..eksistensinya dalam jagad kehidupan
Berebut ruang ekspresi itulah yang kemudian menjadi istilah indah bagi sebuah pertarungan.. hakekat kehidupan
Miskin ekspresi sungguh sebuah bencana dari keberkahan eksistensi manusia, tentu saja terutama bagi dirinya... dan biasanya dikarenakan lemah & hilangnya sensitifitas, sehingga tak ada pantulan pada kehidupan.. ataukah memang tak ada lagi keberanian..!!
Maka demikianlah, ruang-ruang kehidupan ini akan TERUS DIREBUT dan hanya akan TERUS DIKUASI - hanya oleh mereka yang SENSITIF & BERANI..!!